Minggu, 07 Juni 2015
video memasak dan berhijab
video memasak tahu dan berhijab
https://www.youtube.com/watch?v=PG4vEKq2214
https://www.youtube.com/watch?v=PG4vEKq2214
Rabu, 03 Juni 2015
Konsep Blended Learning
Nama : Suci Ramadani
Nim : 1304792
Konsep Blended
Learning
1.
Konsep Blended Learning
Secara etimologi istilah blended
learning terdiri dari dua kata blended dan learning. Kata
blend berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah
baik” (Collins Dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau
perpaduan. Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan
demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur
percampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola lainnya. Elenena
Mosa (2006) menyampaikan bahwa yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni
pembelajaran di kelas (classroom lesson) dengan online learning.
Pada perkembangannya istilah yang
lebih populer adalah blended e-learning dibandingkan dengan blended learning.
Kedua istilah tersebut merupakan isu pendidikan terbaru dalam perkembangan
globalisasi dan teknologi blended e-learning. Zhao (2008:162) menjelaskan “issu
Blended Blended e-Learning sulit untuk didefinisikan karena merupakan sesuatu
yang baru”.Berdasarkan pendapat tersebut, terdapat persamaan antara Blended
Blended e-learning yaitu penggabungan aspek blended e-learning yang termasuk web-based
instruction, streaming video, audio, synchronous and asychronous communication
atau aspek terbaik pada aplikasi teknologi informasi blended e-learning, dengan
kegiatan tatap muka. Dapat dikatakan secara sederhana Blended Blended
e-Learning adalah kombinasi atau penggabungan pendekatan aspek blended
e-learning yang berupa web-based instruction, video streaming, audio,
komunikasi synchronous dan asynchrounous dalam jalur blended –learning system
LSM dengan pembelajaran tradisional “tatap-muka” termasuk juga metode mengajar,
teori belajar dan dimensi pedagogik.
2. Karakteristik
Blended Blended e-Learning
Menurut Sharpen et.al. (2006:18) karakteristik Blended
Blended –Learning, adalah:
1.
Ketetapan
sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis tradisional
sebagian besar, melalui institusional pendukung lingkungan belajar virtual.
2.
Transformatif
tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran sampai
mendalam.
3.
Pandangan
menyeluruh tentang teknologi untuk mendukung pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan diatas,
karakteristik Blended Blended e-Learning adalah sumber suplemen, dengan
pendekatan tradisional juga mendukung lingkungan belajar virtual melalui suatu
lembaga, rancangan pembelajaran yang mendalam pada saat perubahan tingkatan
praktik pembelajaran dan pandangan tentang semua teknologi digunakan untuk
mendukung pembelajaran. Penerapan suatu model pembelajaran harus berdasarkan
teori belajar yang cocok untuk proses pembelajaran agar kelangsungan proses
tersebut dapat sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan komponen yang ada dalam
Blended Blended e-learning maka teori belajar yang mendasari model pembelajaran
tersebut adalah teori belajar Konstuktivisme (individual learning). Karakteristik
teori belajar konstruktivisme (individual learning) untuk blended e-learning
(Hasibuan, 2006:4) adalah sebagai berikut.
1.
Active
learnes
2.
Learners
construct their knowledge
3.
Subjective,
dynamic and expanding
4.
Processing
and understanding of information
5.
Learners has
his own learning.
Individual learning dalam teori ini
pelajar adalah peserta yang aktif, kalau dapat membangun pengetahuan mereka
sendiri, secara subjektif, dinamis dan berkembang. Kemudian memproses dan
memahami suatu informasi, sehingga pelajar memilik pembelajarannya sendiri.
Pelajar membangun pengetahuan mereka berdasarkan atas pengetahuan dari
pengalaman yang mereka alami sendiri. Teori belajar berikutnya yang melandasi
model Blended Blended e- learning adalah teori belajar kognitf.
Pendekatan kognitif menekankan bagan sebagai satu struktur pengetahuan yang
diorganisasi (Brunner,1990; Gagne et.al., 1993). Menurut Bloom (1956)
mengindentifikasi enam tingkatan belajar kognitif yaitu “pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis”.
Teori terakhir adalah teori belajar
konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky. Menurut Vigotsky (1978)
adalah sebagai berikut: the way learners construct knowledge, think, reason,
and reflect on is uniquely shaped by their relationship with other. He argued
that the guidance given by more capable other, allows the learner to engage is
levels of activity that could not be managed alone. Konstruktivisme sosial
disebut juga collaborative learning. Karakteristik teori belajar tersebut
adalah sebagai berikut (Hasibuan, 2006:4):
Teori ini membuat pelajar membangun
pengetahuan, berfikir, mencari alasan, dan dicerminkan dengan bentuk yang unik
melalui berhubungan dengan yang lain. Pelajar belajar dari penyelesaian masalah
yang nyata, pelajar juga bergabung pada suatu pembangkit-pengetahuan. Pengajar
juga masuk ke dalam sebagai pelajar bersama-sama dengan siswanya. Bentuk tugas
juga akan diolah dan pengetahuan dinilai dan diciptakan lalu membangun pengetahuan
yang baru.
3. Penerapan
Blended Blended e-Learning
Jika dikaji secara terminologis maka
blended e-learning menekankan pada penggunaan internet seperti pendapat
Rosenberg (2001) menekankan bahwa blended e-learning merujuk pada penggunaan
teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), kamarga
(2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai
hakekat blended e-learning, termasuk untuk pendidikan guru. Secara spesifik
dalam pendidikan guru blended e-learning memiliki makna sebagai berikut.
1. Blended
e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
pelatihan-pelatihan tentang materi keguruan baik substansi materi pelajaran
maupun ilmu pendidikan secara online.
2. Blended
e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar
secara konvensional (model belajarkonvensional, kajian terhadap buku teks,
CD-ROM, dan latihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan
perkembangan globalisasi.
3. Blended
e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvesional di dalam kelas,
tetapi memperkuat model belajar tersebut melaluipengayaan content dan
pengembangan teknologi pendidikan.
4. Kapasitas
guru amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin
baik keselarasan antarconten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih
baik.
5. Memanfaatakan
jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau
guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa
dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
6. Memanfaatkan
keunggulan komputer (digital media dan komputer networks).
7. Menggunakan
bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila
yang bersangkutan memerlukannya.
8. Memanfaatkan
jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Pendapat Haughey (1998)
tentang pengembangan blended e-learning mengungkapkan bahwa terdapat tiga
kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu:
1. Web course
adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik
dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka.
2. Web centric
course adalah penggunaan internet yang memadukan antar belajar jarak jauh dan
tatap muka (konvesional).
3. Model web
enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan
kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas.
Ada tiga hal dampak positif
penggunaan internet dalam pendidikan yaitu: (1) peserta didik dapat dengan
mudah mengambil mata kuliah di mana pun di seluruh dunia tanpa batas intuisi
atau batas negara. (2) peserta didik dapat dengan mudah belajar pada para ahli
di bidang yang diminatinya. (3) kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil
diberbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si
mahasiswa belajar.
4. Prosedur Blended
learning dalam Pembelajaran
Peningkatan kualifikasi guru
merupakan salah satu prioritas pemerintah indonesia, hal tersebut sebagai wujud
realisasi UU guru dan dosen no.14/2005 yang mempersyaratkan guru untuk memiliki
kualifikasi minimal S-1 dan memiliki sertifikat sebagai pengajar. Pada saat ini
guru di Indonesia berjumlah sebanyak 2.667.655 orang (depdiknas,2007). Di
samping kualitas akademik guru, kondisi peningkatan kualifikasi akademik guru,
kondisi kekurangan guru juga masih dialami sebagian wilayah di indonesia pada
berbagai jenjang pendidikaaan. Pada tahun 2007, selain Universitas Terbuka
pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan
Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan menetapkan 10 LPTK untuk secara
bersama-sama menyelenggarakan sistem PJJ untuk program peningkatan kualifikasi
guru melalui pendidikan SI PGSD.
PJJ pada program ini berbasis pada
teknologi informasi dan komunikasi dengan menggunakan internet sebagai media
utama, tatap muka dilakukan hanya beberapa kali pada program residensial,
selebihnya menggunakan program e-learning. Keberhasilan PJJ PGSD dan sistem
pembelajaran jarak jauh yang menggunakan e-learning sebagai alat utama, sangat
menentukan oleh model learning management system (LMS) yang dikembangkan, dan
pemerintah bersama pihak terkait masih mencari-cari model LMS yang handal yang
mampu mewujudkan profil guru profesional, yang memiliki kompetensi kependidikan
dan keguruan yang setara bahkan melebihi guru dengan sistem pembelajaran
reguler. Model blended e-learning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan
pembelajaran yaitu pembelajaran conventional berupa tatap muka dan e- learning
yang berbasis internet.
Seperti yang dikemukakan oleh Gegne
(1984) Belajar yang efektif mempunyai kriteria sebagai berikut:
(1) melibatkan pembelajaran dalam proses
belajar;
(2) mendorong munculnya keterampilan
untuk belajar mandiri (learn how to learn);
(3) meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pembelajar;
(4) memberi motivasi untuk belajar
lebih lanjut.
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN BERBASIS WEB
NAMA: SUCI
RAMADANI
NIM : 1304792
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN BERBASIS
WEB
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Web adalah sebuah penyebaran informasi melalui internet. Sebenarnya antara www (world wide web) dan web adalah sama karena kebanyakan orang menyingkat www menjadi web saja. Web merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari dunia internet. Melalui web, setiap pemakai internet bisa mengakses informasi-informasi di situs web yang tidak hanya berupa teks, tetapi juga dapat berupa gambar, suara, film, animasi, dll. Sebenarnya, web merupakan kumpulan-kumpulan dokumen yang banyak tersebar di beberapa komputer server yang berada di seluruh penjuru dunia dan trehubung menjadi satu jaringan melalui jaringan yang disebut internet.
Web adalah sebuah penyebaran informasi melalui internet. Sebenarnya antara www (world wide web) dan web adalah sama karena kebanyakan orang menyingkat www menjadi web saja. Web merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari dunia internet. Melalui web, setiap pemakai internet bisa mengakses informasi-informasi di situs web yang tidak hanya berupa teks, tetapi juga dapat berupa gambar, suara, film, animasi, dll. Sebenarnya, web merupakan kumpulan-kumpulan dokumen yang banyak tersebar di beberapa komputer server yang berada di seluruh penjuru dunia dan trehubung menjadi satu jaringan melalui jaringan yang disebut internet.
Dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu
pesat, maka saat ini sudah dimungkinkan dan banyak diterapkan proses belajar
jarak jauh dengan menggunakan internet untuk menghubungkan peserta didik
dan guru, melihat jadwal kuliah,
mengirimkan berkas tugas perkuliahan, melihat nilai, konsultasi, dan bahkan
melakukan diskusi.
Pembelajaran
berbasis web adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan memanfaatkan
jaringan internet, sehingga sering disebut juga dengan e-learning. Internet
merupakan jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di
dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon,
kabel) dan jangkauanya mencakup seluruh
dunia. Internet memiliki banyak fasilitas yang dapat digunakan dalam berbagai
bidang, termasuk dalam kegiatan pendidikan. Fasilitas tersebut antara lain:
e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, Newsgroup, Mailing List (Milis), File
Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web (WWW).Pengajaran berbasis web
(WBI) sebagai program pengajaran berbasis hypermedia yang memanfaatkan atribut dan sumber daya
World Wide Web (Web) untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif. Konvensi internasional, menyatakan
bahwa e-learning merujuk pada penggunaan berbagai proses dan aplikasi
elektronik untuk pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah CBT, WBI, CD, dan
lain-lain.
Sedangkan
pembelajaran berbasis web diartikan sebagai pembelajaran melalui internet,
intranet, dan halaman web saja. Web based learning dapat diartikan juga
sebagai pemanfaatan web/internet untuk pembelajaran. Pemanfaatan itu
dapat berupa sumber bahan ajar maupun media pembelajaran. Pada perkembangannya
web based learning ini sering disebut elearning (lihat di wikipedia, web based
learning di-direct ke E-learning), meskipun ada yang menyebutkan elearning ini
adalah electronic learning bukan internet learning.
Elearning ini, berdasarkan waktu, terbagi
menjadi dua jenis yaitu synchronous dan asynchronous. Synchronousberarti pada
waktu yang sama interaksi terjadi antara guru dan murid melalui web.
Implementasi synchronousini adalah
virtual classroom. Sedangkan asynchronous memberikan keleluasaan kepada murid
untuk belajar kapan pun tanpa harus secara langsung pada waktu yang sama
berinteraksi dengan guru. Metode asynchronous dapat berupa embedded learning,
course, dan discussion groups
1.
Metode Pembelajaran Berbasis Web
Definisi tersebut menyatakan bahwa e-learning
merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web (web-based
learning), pembelajaran berbasis komputer (computer based learning),
kelas virtual (virtual classrooms), dan atau kelas digital (digital
classrooms). Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut
kebanyakan dihantarkan melalui media internet, intranet, tape video atau audio,
penyiaran melalui satelit, televisi interaktif serta CD-Rom. Definisi ini juga
menyatakan bahwa definisi dari e-learning itu bisa bervariasi tergantug
dari penyelanggara kegiatan e-learning tersebut dan bagaimana cara
penggunaannya, termasuk juga apa tujuan penggunaannya.
Definisi ini juga menyiratkan
simpulan yang menyatakan bahwa e-leraning pada dasarnya adalah
pengaplikasian kegiatan komunikasi pendidikan dan pelatihan secara elektronik.
E-leraning tidak sama
dengan pemebelajaran konvensional.
E-learning memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
- Interactivity (Interaktivitas); tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchronous), seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchronous), seperti forum, mailing list atau buku tamu.
- Independency (Kemandirian); flesibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran lebih terpusat kepada siswa (student-centered learning).
- Accessibility (aksesibilitas); sumber-sumber belajar jadi lebih mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.
- Enrichment (Pengayaan); kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informan seperti video streaming, simulasi dan animasi.
2.
Manfaat Dan Fungsi Pembelajaran
Berbasis Web
1.
Mengembangkan dan
memperkaya materi pelajaran.
Dengan memanfaatkan media internet,
muatan materi pelajaran yang disampaikan guru tidak hanya terpaku pada buku
sumber/buku pegangan yang ada, bahkan terhadap tuntutan kurikulum yang mungkin
memasung kreativitas guru dalam mengembangkan materi pelajaran untuk memperkaya
wawasan pengetahuan siswanya. Hal ini dimungkinkan karena kurikulum dibuat
sebagai standar pencapaian yang disesuaikan dengan kemampuan rata-rata peserta
didik serta jangkauan sasarannya yang lebih berorientasi pada kebutuhan peserta
didik secara nasional sehingga perlu ditetapkannya kurikulum yang berisi materi
yang berstandar nasional. Melalui internet, guru bisa mencari materi pelajaran
dalam bentuk tulisan, gambar, audio, maupun audio visual untuk memperkaya
kompetensi siswanya jika mereka telah mencapai kompetensi dasar yang
ditargetkan pada kurikulum. Bahkan melalui situs tertentu guru dapat melakukan
kegiatan berbagi file/dokumen materi pelajaran. Melalui kegiatan tersebut guru
dapat mendownload file materi pelajaran yang telah dibuat orang lain, di satu
sisi guru pun dapat mempublikasikan hasil karyanya.
2.
Sarana belajar online.
Dengan fungsinya ini guru bisa memanfaatkan
sarana internet untuk kegiatan berikut:
a.
Membuat bahan
presentasi materi pelajaran atau soal latihan yang diharapkan dipelajari siswa.
Kemudian materi soal latihan tersebut diupload di blog guru atau website
sekolah. Dengan demikian siswa dapat mempelajari materi pelajaran atau soal
latihan tersebut di tempat terpisah (di rumah); sehingga memungkinkan
terjadinya kegiatan pembelajaran tanpa tatap muka. Dengan ini maka kegiatan
belajar mengajar siswa dan guru tidak terbatas oleh tempat dan waktu, karena
siswa dapat mempelajari materi tersebut kapan dan dimana saja.
b.
Mengarahkan siswa untuk
mengunjungi situs tertentu yang menurut guru situs tersebut layak dikunjungi
oleh siswa karena terdapat materi yang berkaitan dengan materi yang sedang
diajarkan guru di kelas. Tapi tentu sebelumnya guru harus mengetahui dan
memahami lebih dalam mengenai situs tersebut, terutama kaitannya dengan
kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Selanjutnya, pada blog guru
atau website sekolah guru tinggal membuat link terhadap situs yang dimaksud.
c.
Memberikan tugas atau
pekerjaan rumah (PR). Dengan memanfaatkan internet sebagai sarana untuk
memberikan tugas kepada siswa, maka terjadi fleksibilitas bagi guru untuk
mengoreksi sekaligus memberikan feed back pada hasil pekerjaan siswa dan
fleksibilitas bagi siswa sendiri dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut.
d.
Melaksanakan
pembelajaran proyek yang berbasis internet. Sebagaimana dimaklumi bahwa
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PBL) adalah salah
satu metode pembelajaran yang menggali potensi siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri konsep-konsep materi pelajaran; sehingga diharapkan dengan
PBL tersebut pemahaman siswa akan materi pelajaran lebih mendalam dan optimal. Kegiatan
belajar proyek (PBL) terutama dilakukan untuk materi pelajaran yang baru dan
cakupannya cukup luas, sehingga dituntut adanya kerjasama siswa dalam kelompok
untuk melaksanakannya. Jika kegiatan PBL ini dapat dilaksanakan dengan baik
maka tidak hanya penguasaan konsep materi yang didapat oleh siswa, tetapi
berbagai keterampilan lain dapat dioptimalkan; seperti kerjasama team
(teamwork), berfikir kritis (critical thinking), kemampuan berkomunikasi
(communication), kreativitas (creativity), dll. Keterampilan-keterampilan
tersebut tidak diajarkan sebagai bagian dari materi yang ada pada kurikulum
sekolah, tetapi dengan melakukan kegiatan PBL maka secara otomatis siswa akan
menguasainya.
3.
Sarana komunikasi
antara sekolah dengan orang tua.
Dengan memanfaatkan internet; sekolah
bisa menyampaikan berbagai informasi yang perlu diketahui oleh orang tua atau
bahkan khalayak yang lebih luas. Informasi yang disampaikan lewat media
internet tentunya memiliki berbagai kelebihan dibandingkan informasi yang disampaikan
secara konvensional melalui surat tertulis.
Selanjutnya, sarana internet juga bisa
digunakan oleh orang tua untuk memberikan informasi atau kontribusi pemikiran
bagi sekolah.
Di zaman modern yang memungkinkan orang
melakukan komunikasi tanpa batas ini, sepertinya sesuatu hal yang naïf sekali
jika sekolah menutup diri terhadap segala masukan yang datangnya dari orang tua
siswa. Bagaimana tidak; orang tua siswa adalah sebagai mitra sekolah dalam
memajukan pendidikan siswa. Orang tua siswa yang kalau dilihat dari segi latar
belakang pendidikannya memiliki disiplin ilmu yang beraneka ragam; tentunya
punya sudut pandang dan wawasan keilmuan berbeda sehingga dapat dimanfaatkan
berbagai masukannya dalam kontribusinya terhadap kemajuan pendidikan khususnya
sekolah sebagai lembaga pendidikan.
3.
Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran
Berbasis Web
Kelebihan Pembelajaran Berbasis WEB
- Memungkinkan setiap orang dimanapun, kapanpun, untuk mempelajari apapun.
- Pebelajar dapat belajar sesuai dengan karaktristik dan langkahnya dirinya sendiri karen apembelajaran berbasis web membuat pembela-jaran menjadi bersifat individual.
- Kemampuan untuk membuat tautan (link), sehingga pebelajar dapat mengakses informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun luar lingkungan belajar.
- Sangat potensial sebagai sumber belajar bagi pebelajar yang tidak memiliki cukup waktu untuk belajar.
- Dapat mendorong pebelajar lebih aktif dan mandiri di dalam belajar.
- Menyediakan sumber belajar tambahan yang dapat digunakan untuk memperkaya materi pemeblajaran.
- Menyediakan mesin pencari yang dapat digunakan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan.
- Isi materi pelajaran dapat di-update dengan mudah.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis WEB
- Keberhasilan pembelajaran berbasis web tergantung paa kemandirian dan motivasi pembelajar.
- Akses untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan web seringkali menjadi masalah bagi pembelajar.
- Pembelajar dapat cepat merasa bosan dan jenuh jika mereka tidak dapat mengakses informasi, dikarenakan tidak terdapat peralatan yang memadai dan bandwidth yang cukup.
- Dibutuhkannya panduan bagi pembelajar untuk mencari informasi yang elevan, karena informasi yang terdapat di dalam web sangat beragam.
- Dengan menggunakan pembelajaran berbasis web, pembelajar terkadang merasa terisolasi, terutama jika terdapat keterbatasan dalam fasilitas komunikasi.
Langganan:
Postingan (Atom)